Rabu, 31 Januari 2018

Mendobrak Batas Diri : Kisah Lionel Messi Sang ‘Mesias’ Lapangan Hijau



Bagi sebagian besar khayalak, baik penggemar sepakbola maupun tidak, pastinya telah sepakat bahwa Lionel Messi adalah pemain terbaik dunia yang sulit dicari tandingannya—kecuali  mungkin oleh bintang Real Madrid Cristiano Ronaldo. Sejujurnya sangat sulit untuk menjabarkan seorang Messi dengan kata-kata. Namun melalui artikel berikut, Bolazola mencoba menelusuri masa kecil dan perjalanan karir megabintang Barcelona tersebut dari beragam persepsi agar kita semua dapat lebih mengenal sang ‘mesias’ lapangan hijau secara lebih mendalam.

Lahir di Rosario, Argentina dari pasangan keturunan imigran Italia, Lionel Andres Messi sudah lengket dengan si kulit bundar sejak balita. Ayahnya, Jorge Messi bekerja sebagai manajer perusahaan besi dan memiliki sebuah klub bola kecil-kecilan. Disanalah Messi dapat menyalurkan bakatnya dan mencengangkan semua orang dengan keahliannya yang tidak biasa, sampai akhirnya ia bisa membela tim besar lokal, Newell Old Boys.
Sayangnya, Messi terlahir dengan fisik tak sempurna. Ukuran tubuhnya terlalu kecil akibat menderita kelainan hormon, dan impiannya menjadi pemain sepakbola nyaris harus dikubur dalam-dalam, jika seorang pemandu bakat Barcelona tidak datang dan menawarkannya untuk hijrah ke Spanyol.
Rexarch dan ‘Kontrak Saputangan’ Messi; Sekarang Jadi Benda Bersejarah
Adalah Charly Rexarch; mantan pemain tim utama Barcelona yang kemudian berprofesi menjadi pemandu bakat klub tersebut yang menemukan bakat Messi. Bahkan, saking ngebetnya dengan sang bocah, Rexarch sampai membuat kontrak darurat di atas sebuah saputangan agar pemain incarannya tidak kabur ke klub lain!
Akhir kata, Messi (serta ayah dan agennya) setuju dengan penawaran Rexarch, yang kala itu menawarkan bayaran 40 ribu pounds per tahun untuk Jorge dan biaya injeksi hormon untuk Messi yang mencapai 1000 dolar per suntikan. Keluarga itu pun pindah ke Spanyol demi kelangsungan karir Lionel Messi di Barca di akhir tahun 2000 silam.

Di La Masia, ‘Si Kutu’ Ditempa..
Messi tiba di Barcelona pada usia 13 tahun dan langsung berlatih di akademi La Masia milik klub Catalan tersebut. Posturnya yang jauh lebih kecil dari rata-rata pemain di rentang umurnya tentu membuat kebingungan para kadet lain. Namun begitu melihatnya beraksi di lapangan, mereka langsung mafhum dan mengenali bakat tak lazim yang dimilikinya. Di sinilah Messi mendapat julukan ‘La Pulga Atomica’ atau ‘Si Kutu Atom’.
‘Si Kutu’ Messi : Menempa dan Ditempa Keadaan
Para pelatih akademi pun mengenang Messi sebagai pribadi yang bersahaja dan penurut.  Saat bermain, ia diketahui gemar mengamati keadaan sekeliling dan berupaya melepas umpan-umpan yang memanjakan rekan setimnya, kendati sangat mampu untuk terus mendribel bola dan mencetak gol sendirian, Messi membiasakan diri untuk ‘melayani’ sekitarnya sejak dini, dan hal itu tak pelak mengasah visi serta kemampuan umpannya yang terlihat hingga saat ini. Kemudian di luar lapangan, bocah berkaki kidal itu kerap tinggal selepas lebih lama sesi latihan untuk membantu para staf pelatih mengumpulkan perlengkapan, dan kemudian menggunakan kesempatan tersebut untuk berbincang-bincang dengan mereka. Kendati memiliki bakat alami, Messi berlatih dua kali lebih keras dari para rekan sebayanya, di sela-sela suntikan hormon menyakitkan yang juga dilakukannya sendiri.

Asa Itu Terajut Di Barcelona..
Pada masa kedatangan Messi di La Masia, Barcelona tengah dilanda prahara. Klub tersebut telah cukup lama tertinggal dari sang rival, Real Madrid dari perburuan gelar juara Liga Spanyol, dan kritik demi kritik menghampiri presiden saat itu, Joan Gaspart, yang dinilai tidak becus menangani klub sebesar Barcelona, terlebih ketika klub serta merta menunjuk mantan pemain AC Milan, Frank Rijkaard untuk menjadi pelatih. Pasalnya, pria Belanda itu dinilai kurang berpengalaman sebagai juru taktik.
Debut Bersejarah : Messi Muda Menggantikan Deco Disaksikan Frank Rijkaard
Untungnya, Rijkaard mematahkan semua prediksi dan berhasil membawa Barcelona kembali ke fitrahnya di jalur perburuan juara dengan punggawa-punggawa andalan seperti Ronaldinho dan Deco Sousa. Kemudian di tahun 2004, Rijkaard membuat keputusan terbaik sepanjang karir kepelatihannya dengan memainkan Lionel Messi sebagai pengganti kontra Espanyol. Meski saat itu tak mencetak gol, pemuda Argentina tersebut sukses menunjukkan aksi memukau yang memecah sorak sorai di seluruh stadion. Setahun kemudian, Messi kembali ke tim utama dan mencetak gol perdananya ke gawang Albacete di usia 17 tahun, sepuluh bulan dan tujuh hari; menggebrak rekor pemain termuda yang pernah mencetak gol untuk Barcelona sebelum dipecahkan oleh Bojan Krkic.

Tuah Maradona dan Kutukan Timnas Argentina..
Setelah mencetak gol perdana, garis takdir Lionel Messi semakin jelas. Di musim 2006 / 2007, hattricknya ke gawang Real Madrid untuk membuat kedudukan menjadi 3-3 di partai El Clasico membuka mata dunia tentang keberadaan sang ‘Mesias sepakbola’. Hingga sang ‘dewa’ sendiri, Diego Maradona, turun tangan dan menunjuk Messi sebagai penerusnya.  “Saya telah melihat seorang pemain yang akan mewarisi tempat saya di sepakbola (timnas) Argentina, dan namanya adalah Lionel Messi. Ia adalah seorang jenius” demikian ujar Maradona tanpa tedeng aling-aling.
‘Messidona’ : Mereplika Sang Idola Dengan Sempurna
Seakan menyambut ‘predikat’ tersebut, tepat setahun berselang Messi sukses mereplika gol sepanjang masa Maradona. Bermain di laga kontra Getafe, Messi menggiring bola melewati sekurangnya 5 pemain dari dekat garis tengah lapangan dan menaklukkan kiper dengan sontekan jitu, persis seperti yang dilakukan Maradona terhadap Inggris di laga semifinal Piala Dunia 1986. Dunia pun terkesiap serta menyambut kehadiran sang ‘Messias’ di lapangan hijau dengan gegap gempita.
Karir Messi di Barcelona kian terang, terlebih setelah mewarisi nomor punggung 10 yang ditinggalkan Ronaldinho di era Pep Guardiola. Bukan saja berhasil memenuhi ekspektasi, Messi membuat pencapaiannya nyaris mustahil untuk dapat dilampaui para penerus angka keramat tersebut kelak. Sejak musim 2009 / 2010 hingga saat ini, Messi telah mencetak lebih dari 400 gol dan ratusan assist, serta berhasil menghantar Barcelona memperoleh lima gelar La Liga, tiga Copa del Rey, tiga Liga Champion, dan juga gelar Ballon D’Or selama empat tahun berturut-turut. Sesungguhnya, kemampuan utama Messi bukanlah bakat alaminya sebagai seorang dribbler / penggocek (atau ‘keunggulan’ gaya gravitasi karena postur tubuhnya yang pendek), melainkan keinginan yang kuat untuk terus belajar. Setiap minggu, bulan, bahkan tahun, Messi selalu menunjukkan perkembangan yang luar biasa serta selalu mampu memainkan peran sebagai poros utama Barcelona dengan amat baik.
Dekat Namun Jauh : Messi Belum Pernah Merengkuh Piala Juara Bersama Argentina
Namun sayangnya, di tim nasional Argentina, Messi masih belum mampu mematahkan ‘kutukan’ dan menyusul jejak Maradona untuk mempersembahkan gelar. Sejauh ini, ia telah berhasil membawa tim Tango ke partai final kompetisi di tiga kesempatan sebagai kapten tim, namun selalu kandas secara menyakitkan. Messi sampai sempat memutuskan untuk pensiun dari kancah internasional setelah kegagalan di partai puncak Copa America tahun 2016 silam, namun untunglah hal itu urung dilakukan sehingga ia masih memiliki kesempatan untuk menutup karirnya bersama tim nasional Argentina.

‘CR7’ Sang Katalis..
Di antara para pebola era modern, hanya satu sosok yang dapat diperbandingkan dengan Lionel Messi, yakni Cristiano Ronaldo. Hal ini bukanlah hanya gimmick media semata, namun secara statistic, pemain asal Portugal itu nyaris menyamai pencapaian Messi di semua aspek. Dari segi perolehan gelar Ballon D’Or misalnya; Ronaldo hanya berjarak 1 gelar lebih sedikit dari Messi yang mengoleksi 5 piala bola emas tersebut. Kemudian untuk Sepatu Emas Eropa, Ronaldo malah dinobatkan 1 kali lebih banyak ketimbang Messi. Dari segi pendapatan, imej diri (self-image) keduanya telah menjadi komoditas ikonik yang bahkan dapat meraup pasar non-sepakbola sekalipun.
Messi vs Ronaldo : Rivalitas Ikonik Yang Dipupuk Media
Media juga berperan besar dalam mengipasi rivalitas Messi-Ronaldo hingga menjadi sorotan utama di ranah sepakbola modern, seperti halnya Muhammad Ali-Joe Frazier di dunia tinju professional atau Aryton Senna-Alain Prost di balap Formula 1. Pengamat pun masih asyik membandingkan  gaya bermain keduanya yang sama sekali berbeda. Ronaldo memiliki postur sempurna dan kemampuan kedua kaki sama baiknya, sementara Messi bertubuh pendek dan memiliki kemampuan dribel kaki kiri yang tiada tanding, Namun jika bisa dibilang, persamaan keduanya adalah semangat pantang menyerah untuk terus meningkatkan potensi diri hingga melebihi batas langit sekalipun.

Mempersunting Sahabat Masa Kecil..
Selain aksinya di lapangan, kisah cinta Messi dengan wanita yang baru saja dinikahinya, Antonella Rocuzzo juga menjadi sisi menarik untuk dibahas. Messi sudah mengenal sang gadis sejak usia 5 tahun melalui Luca Scaglia; rekan setim sekaligus sahabat Messi di Newell Old Boys yang juga sepupu Antonella.
Awalnya, Scaglia mengajak Antonella untuk bergabung bersamanya dan Messi berjalan-jalan di tepi sungai Porona. Messi saat itu langsung kepincut dengan kecantikan putri pemilik jaringan supermarket terbesar di kota Rosario tersebut. Kedua sejoli itu tumbuh bersama di Santa Fe hingga akhirnya harus berpisah kala Messi hijrah ke Spanyol demi mengejar impiannya sebagai pebola sukses.
Kisah Cinta Messi – Antonella : Tak Lekang Oleh Jarak dan Waktu
Namun jarak dan ruang waktu yang membentang terbukti tak dapat memisahkan jalinan kasih mereka. Meskipun Antonella sempat menjalin hubungan dengan pria lain, kematian seorang kerabat membuat keduanya berjumpa kembali di tempat yang sama. Saat itu jugalah Antonella menyadari bahwa Messi memang ditakdirkan untuk bersama dirinya, meski kini ia telah menjadi salah satu manusia paling tenar di dunia.
Messi dan Antonella resmi menikah di awal tahun ini setelah berpacaran sekian lama dan dikaruniai dua orang putra, Thiago dan Matteo. Kendati bisa dibilang telah memiliki segalanya, nyata bahwa Messi masih menyisakan satu tempat di hatinya untuk Antonella, dan dengan sabar dan yakin, ia menunggu waktu yang tepat untuk mengikat janji dengan wanita tersebut sehidup semati.

Setelah Era Sang ‘Messias’, Selanjutnya apa (untuk kita semua)?
Di bulan Juni silam, Messi telah genap berusia 30 tahun. Jika ada satu hal yang tak akan pernah mampu dilawannya, itu adalah usia. Tanpa disadarinya, ia melangkah ke senjakala usia produktif atlit sepakbola, dan kita pun harus menerima kenyataan bahwa Messi tak akan lama lagi menghiasi layar kaca dengan aksi-aksi ciamiknya di lapangan hijau, mengoper, mendrible, menyundul, maupun menendang bola. Masa-masa itu akan segera berlalu.
Hampir terasa menyakitkan melihat dokumentasi tentang awal karir Messi diputar, saat segalanya bermula. Ia bermain dengan berbeda kala itu, terfokus penuh, nyaris tak berkedip, seperti selayaknya seorang belia yang sarat gairah. Kulitnya belum terjamah oleh rajah, rambutnya pun masih panjang dan bergaya belah tengah. Sekarang, kita semua tahu kejayaan apa yang menantinya, namun  saat itu, ketika ia berlari dari bangku cadangan ke lapangan di delapan menit terakhir laga kontra Espanyol; delapan menit pertamanya di sepakbola profesional, Messi sepenuhnya adalah masa depan.
Saat ini, ia lebih banyak merupakan masa lalu dan kenangan. Setiap kali kita melihatnya, kita semakin dekat terhadap kesempatan terakhir untuk itu. Kemudian satu pertanyaan pun mungkin akan muncul : setelah era Messi (dan Ronaldo), selanjutnya apa bagi dunia sepakbola modern? Akankah lagi kita temukan rivalitas seagung keduanya? Yang saling membuktikan dengan prestasi di lapangan, bukannya drama minta-transfer dan banderol ratusan juta yang menyilaukan mata?
Tidak ada jawaban mutlak terhadap hal tersebut. Lionel Messi jelas bukanlah obat, namun kadangkala, ia terasa demikian. Melihat Messi dengan bola di kakinya memberi pengakuan pada kemungkinan-kemungkinan yang bisa kita lakukan sebagai manusia. Ah, mungkin kita tidaklah seburuk yang kita kira,  karena Messi adalah bagian dari kita. Jika seorang yang membutuhkan bantuan injeksi hormon sepertinya bisa mendobrak batas dan menaklukkan dunia, lalu apa alasan kita yang terlahir tanpa cacat cela? Keberadaannya pun tanpa sadar, telah membuat kita terlihat lebih baik dari semestinya.

Kisah Cristiano Ronaldo Tak Mampu Beli Sepatu Sepak Bola

Kisah Cristiano Ronaldo Tak Mampu Beli Sepatu Sepak Bola

Jakarta, CNN Indonesia -- Cristiano Ronaldo saat ini menjelma jadi salah satu atlet terkaya di dunia. Namun masa kecil merupakan periode yang tak mudah baginya, bahkan ia tak mampu membeli sepatu sepak bola.

Ronaldo yang tumbuh di Madeira mengakui bahwa sepatu sepak bola baru merupakan barang mewah baginya."Kami tak punya banyak uang saat itu. Hidup di Madeira kemudian menjadi tidak mudah bagi keluarga kami."


"Saya biasa bermain menggunakan sepatu sepak bola lama peninggalan kakak saya atau saya meminjam sepatu dari sepupu saya. Ketika seseorang masih kecil, maka kalian tentu saja tidak terlalu memusingkan soal uang," ujar Ronaldo dalam wawancara dengan Rio Ferdinand seperti dikutip dari Marca.Sebelum jadi pemain terbaik di dunia, Cristiano Ronaldo punya masa lalu yang sulit.

Ronaldo mengakui bahwa kesuksesannya sebagai pemain sepak bola tak lepas dari peran sang ayah yang mendorongnya untuk bermain sepak bola sejak usia dini.

"Ayah saya adalah kitman di CF Andorinha. Dia terus mendorong saya untuk bermain bersama tim muda."

"Saya tahu bahwa hal tersebut akan membuatnya bangga jadi saya mengikuti kemauannya dan akhirnya menyukainya," tutur Ronaldo.

Masa lalu yang sulit akhirnya menempa Ronaldo jadi pribadi yang tangguh. Kini ia menjelma jadi pemain terbaik di dunia dan pernah berlabel sebagai pemain termahal di dunia.Cristiano Ronaldo bakal jadi legenda Real Madrid ketika dirinya gantung sepatu.

Di usianya yang sudah 32 tahun, Ronaldo terus menunjukkan penampilan konsisten dari tahun ke tahun. Rekor pencetak gol terbanyak sepanjang masa untuk Real Madrid pun telah digenggamnya.

Ia juga berhasil tiga kali membawa Real Madrid juara Liga Champions dan membawa Portugal juara Piala Eropa 2016.

Tips Menjadi Siswa Teladan

Tips menjadi siswa teladan – Artikel ini mengulas lebih jauh artikel sebelumnya, perihal siswa teladan di sekolah. Konsep siswa teladan berbeda dengan siswa berprestasi. Siswa berprestasi cenderung berorientasi pada hasil belajar siswa bidang akademis. Penentuan siswa berprestasi umumnya berdasarkan hasil belajar yang diperoleh pada akhir semester. 
tips,siswa,teladan



Berbeda dengan siswa teladan. Siswa teladan mengacu pada sikap dan tingkah laku siswa di sekolah. Oleh sebab itu siswa teladan ditentukan melalui  pemilihan dengan prosedur tertentu.

Yang memilih adalah semua anggota komunitas sekolah. Puluhan guru dan pegawai administrasi dan ratusan siswa yang ada di sekolah tersebut.

Alhasil, siswa yang terpilih menjadi siswa teladan boleh jadi bukan siswa yang berprestasi dibidang akademis. Atau bisa juga akan terpilih sebagai siswa teladan dari siswa berprestasi. Tergantung pilihan anggota komunitas siswa di sekolah itu.

Sudah barang tentu, menjadi siswa teladan tidak akan mudah karena dipengaruhi sejauh mana ketertarikan pemilih terhadap sikap dan tingkah laku siswa sehari-hari di sekolah. 

Jelas hal ini bersifat subjektif namun kategorinya tetap sikap dan tingkah laku siswa yang pantas menjadi acuan dan teladan bagi siswa lain. Barangkali, hal ini bermanfaat untuk mengurangi kenakalan remaja di sekolah.
Baiklah, berikut ini diuraikan tips menjadi siswa teladan:

1.Mematuhi tata tertib belajar di sekolah

Mustahil akan terpilih menjadi siswa teladan  siswa yang sering melanggar aturan dan tata tertib belajar di sekolah.  Sering terlambat masuk kelas, bolos belajar, atau yang suka membuat guru marah. Mengganggu proses belajar dan mengajar serta prilaku lainnya.

Sebaliknya, yang berpeluang menjadi siswa teladan adalah siswa yang jarang atau bahkan tidak pernah melanggar aturan dan tata tertib sekolah. Tidak pernah namanya  tercatat dalam buku pelanggaran peraturan oleh siswa.

2.Berpenampilan dan berpakaian rapi

Jangan berpikir siswa yang berpenampilan seperti preman akan terpilih sebagai siswa teladan. Begitu pula siswa yang berpakaian slebor. Sebaliknya siswa yang layak dijadikan acuan dan teladan di sekolah adalah siswa yang benar-benar berpenampilan sebagai siswa dan berpakaian rapi. Seragam sekolah dikenakan sesuai aturan yang berlaku di sekolah.

3.Disenangi oleh semua komunitas sekolah

Komunitas sekolah terdiri dari sekian ratusan siswa, puluhan guru dan belasan pegawai administrasi. Mengapa disenangi oleh semua komunitas sekolah? Ya, karena sikap dan tingkah laku sopan dan santun. 

Berkata dan bertutur kata yang tidak menyakiti atau menyinggung. Tidak sombong dan angkuh. Suka menolong teman lain (bukan dalam ujian).

4.Aktif dalam berbagai kegiatan sekolah

Di sekolah ada OSIS, wadah tempat bergabung siswa di sekolah dalam rangka mengembangkan berbagai minat dan bakat siswa. Siswa yang aktif di OSIS akan menarik perhatian siswa dan guru. 

Keterampilan bergabung dalam OSIS menjadi contoh bagi yang lainnya sehingga orang berharap agar kelak dapat memimpin negeri ini, tidak pilih kasih, ikhlas berbuat. Mau membantu tidak hanya saat tertentu saja, melainkan setiap orang lain butuh.

Demikianlah beberapa poin untuk menjadi siswa teladan di sekolah. Semoga bermanfaat

Senin, 15 Januari 2018

Resep Puding Milo Oreo

Photo


Bahan-bahan

Loyang kecil
  1. Bahan A
  2. 1 bungkus agar2 swallow plain
  3. 750 ml air putih
  4. 150 gr gula pasir
  5. 1 kaleng susu evaporasi
  6. Bahan B
  7. 3 sachet milo malaysia (atau 5 sachet milo indonesia)
  8. Bahan C
  9. 1 bungkus oreo
  10. Langkah

    1. Pisahkan oreo dengan isinya (kalau tdk mau terlalu manis pakai biskuitnya saja, kalau suka manis bisa tetap pakai dgn isinya), hancur2kan oreo sampai berkeping2, sisihkan.
    2. Masak bahan A dgn api sedang sampai mendidih, bagi menjadi 2 bagian (saya sebut bagian 1 dan 2).
    3. Bagian 1 ditambahkan bahan B (milo), aduk sampai semua tercampur rata. Tuang 1/2 adonan ke dlm loyang sbg layer pertama, biarkan sampai 2/3 set.
    4. Tuang semua adonan bagian 2 (susu) setelah layer pertama 2/3 set (jgn sampai terlalu set, nanti tdk menempel). Tambahkan serpihan oreo.
    5. Tuang sisa adonan bagian A yg sisa setengah tadi (milo) sbg layer terakhir. Apabila mengental, panaskan sbntr diatas kompor sambil diaduk2. Tunggu sampai set di suhu ruang, masukkan kulkas sekitar 3 jam baru dibalik dan disajikan :)

Jumat, 12 Januari 2018

KISAH SEJARAH GUNUNG IJEN

kawah ijen adalah Kawah terbesar di dunia,warna dari kawah ini pun sangat cantik yaitu kehijauan biru,dan di sana terlihat banyak orang yang bertambang belerang,dan kemudian belerang itu di jual ke penampungan.dan banyak nya pohon pinus dan kebun kopi yang terdapat di sana menjadi objek yang menarik.


Banyuwangi hanyalah satu dari seribu legenda dari Pegunungan Ijen di ujung timur Pulau Jawa ini. Ada lagi legenda Banyupahit, Kawah Wurung, atau kisah menak seperti Dhamarwulan. Tanah bergunung-gunung yang nyaris tak tersentuh, terisolasi, dan bernuansa gelap ini banyak melahirlah aneka dongeng dan kisah magis. Termasuk budaya santet yang ditakuti itu.

Tanah Para Pemberontak

Dulu, Pegunungan Ijen adalah bagian dari Negeri Blambangan. Nama Blambangan mencuat dalam sejarah tatkala rajanya, Menak  Jinggo menolak mengakui kekuasaan Majapahit. Perang antara Blambangan dan Majapahit lalu melahirkan kisah Menak pada abad ke-14. Kisah yang menceritakan perjuangan Dhamarwulan, pemuda dari rakyat biasa yang menjadi tukang arit tapi mampu membunuh musuh kerajaan, Menak Jinggo. Dia lalu menikahi Ratu Majapahit, Dewi Kencono Wungu, dan menjadi raja.

Nama Ijen juga disebut-sebut tatkala seorang pangeran dari Kerajaan Wilis, bergerilya melawan VOC dari balik lereng pegunungan Ijen pada tahun 1722.  Meski akhirnya kalah, kisah  ini membuktikan Ijen sebagai tempat persembunyian yang ideal bagi para pemberontak. Tanahnya yang bergunung-gunung dan dipenuhi hutan lebat, sungguh menakutkan bagi orang luar. Kesan angker begitu melekat di wilayah tak bertuan ini.

Alam Ijen mulai tersentuh tatkala kompeni Belanda menyewakan tanah yang amat luas di daerah Besuki, Panarukan, Probolinggo dan sekitarnya kepada saudagar dan kapten penduduk Cina di Surabaya yang kaya raya, Han Chan Pit dan saudaranya, Han Ki Ko. Untuk menarik minat pekerja, mereka membagi-bagikan beras gratis saat ada kelaparan. Dalam waktu singkat, datanglah 40 ribu pekerja asal Madura. Mereka membuka lahan, bertanam padi dan sayuran, menggunakan sistem irigasi yang teratur. Namun meletusnya pemberontakan para petani yang dipimpin Kiai Mas pada 1813 membuat tanah sewaan ini dibeli kembali oleh Rafles.

Pelaksanaan politik culturstelse oleh Belanda di akhir abad ke-19 memaksa pembukaan kembali lahan-lahan terpencil ini, termasuk Pegunungan Ijen untuk dijadikan perkebunan kopi dan karet. Lagi-lagi didatangkan ribuan pekerja asal Madura. Maka  terciptalah ‘Madura kecil’ yang menjadi pusat pemukiman orang Madura beserta adat, budaya, dan bahasanya. Madura kecil kini masih bisa kita jumpai di sebagian Jember, Situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi.